Strategi Adaptasi Bertahan Pelaku UMKM Batik Trusmi Cirebon Saat Pandemi Covid-19
Abstract
Dua tahun lebih pandemi Covid-19 memporakporandakan kehidupan manusia di hampir seluruh negara. Interaksi antarmanusia dibatasi, karena diterapkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar, bahkan lockdown di hampir semua negara. Di Indonesia, salah satu pihak yang terdampak kebijakan PSBB adalah para pelaku UMKM Batik Trusmi, Cirebon. Batik Trusmi yang menjadi ikon kota Cirebon benar-benar mati suri selama pandemi. Penurunan omzetnya mencapai 80-100%. Meskipun ada sebagian yang masih berhasil bertahan dengan memanfaatkan media baru sebagai strategi pemasran UMKM Batik Trusmi selama pandemi Covid-19 maupun sesudahnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi pustaka. Peneliti mengkategorikan pelaku UMKM dalam dua kategori: yang bermodal besar dan bermodal menengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pelaku UMKM batik hampir semua menggunakan media baru sebagai strategi pemasaran batiknya selama masa pandemi COVID-19 maupun sesudahnya. Bedanya, pemilik modal besar mempromosikan batiknya melalui media baru, seperti Instagram dan Whatsapp Story dan mempersiapkan tampilan produknya dengan perencanaan matang. Mereka menggunakan jasa peragawati, penata gaya, dan fotografer profesional. Dengan demikian tampilan produknya menjadi tampak lebih elegan dan memikat. Mereka juga memanfaatkan toko daring, seperti Shopee dan Tokopedia (Toped) untuk memasarkan produknya, sehingga dapat menjangkau khalayak yang lebih luas. Pelaku UMKM bermodal sedang juga menggunakan media baru, seperti Facebook, Instagram, dan Whatsapp, namun tampilan produk batiknya apa adanya, tanpa direncanakan secara profesional agar memikat mata. Melalui Whatsapp Group mereka menawarkan produknya kepada para pelanggan yang sudah pernah menjadi konsumenny.